Tuesday, December 23, 2008

TERAPI OKSIGEN

Terapi Oksigen

Daftar isi

AUTHOR : VEFI AGUSTIN
: LUZNI NOVITA
Bab I: Pendahuluan
• Definisi Terapi Oksigen
• Tujuan dan Manfaat Terapi Oksigen
Bab II: Tinjauan Pustaka Daftar Pustaka
• Landasan Teori
• Pengkajian
• Perencanaan
• Indikasi
• Kontra Indikasi
Bab III: Pembahasan
• Implementasi
• Evaluasi
Bab IV : Pembahasan
Bab V : Daftar Pustaka

Bab I PENDAHULUAN
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Secara normal elemen ini di peroleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh di tentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis.
Adanya kekurangan oksigen di tandai dengan keadaan hipoksia yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan.
Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah.
Pemberian terapi oksigen dalam asuhan keperawatan memerlukan dasar pengetahuan tentang factor-faktor yang mempengaruhi masuknya oksigen dari atmosfer sampai ke tingkat sel melalui alveoli paru dalam proses respirasi, berdasarkan hal tersebut maka perawat harus memahami indikasi pemberian oksigen, metode pemberian oksigen dan bahaya-bahaya pemberian oksigen.

Definisi
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung

Bab II TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori

ANATOMI SISTEM PERNAPASAN
A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
2. Faring
3. Laring
4. Trakea
B. Saluran Nafas Bawah
1.Bronkus
2.Bronkiolus
3.Bronkiolus Terminalis
4.Bronkiolus Respiratori
5.Duktus alveolar dan Sakus Alveolar
6.Alveoli
C. Paru
D. Pleura

IV. FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN
Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya.
Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a. Tekanan udara atmosfir
b. Jalan nafas yang bersih
c. Pengembangan paru yang adekuat

2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-paru.
Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi.
Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi.
Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a. Luas permukaan paru
b. Tebal membran respirasi
c. Jumlah darah
d. Keadaan/jumlah kapiler darah
e. Afinitas
f. Waktu adanya udara di alveoli

3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler.
Oksigen perlu ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transportasi :
a. Curah jantung (cardiac Output / CO)
b. Jumlah sel darah merah
c. Hematokrit darah
d. Latihan (exercise)

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNAPASAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1.Tahap Perkembangan
2.Lingkungan
3.Gaya Hidup
4.Status kesehatan
5.Narkotika
6.Perubahan pola nafas
7.Obstruksi jalan nafas

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
2. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
3. Riwayat perkembangan
a.Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b.Bayi : 44 x/mnt
c.Anak : 20 - 25 x/mnt
d.Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e.Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
4.Riwayat kesehatan keluarga
5.Riwayat sosial
6.Riwayat psikologis

Disini perawat perlu mengetahui tentang :
a. Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
b. Pengaruh sakit terhadap cara hidup
c. Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
d. Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapi



7. Riwayat spiritual
8. Pemeriksaan fisik

a. Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
b. Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
c. Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui.
d. Thoraks
Inspeksi :
• Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
• Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior membesar dan sternum sangat menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 : 1.
Kelainan tulang belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung melengkung/cembung ke belakang. Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung. Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi pernapasan apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan.
Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang lambat.

Pernapasan yang perlu juga dikaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu ditandai dengan pengembangan perut.
Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau irreguler, ataukah klien mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea.
Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk atau berdiri.
Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering serta di dengar saat ekspirasi.
Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah.

Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt.
Juga perlu dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau eksternal, atau cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
4. Penurunan kardiak output
5. Rasa berduka
6. Koping tidak efektif
7. Perubahan rasa nyaman
8. Potensial/resiko infeksi
9. Interaksi sosial terganggu
10.Intoleransi aktifitas, dll sesuai respon klien

1.Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran napas.
Tanda-tandanya :
• Bunyi napas yang abnormal
• Batuk produktif atau non produktif
• Cianosis
• Dispnea
• Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan

Kemungkinan faktor penyebab :
• Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan obstruksi
• Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
• Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan dada
• Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
• Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
• Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental dan sulit untuk di expektoran
• Immobilisasi
• Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi

2.Pola napas tidak efektif
Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2 kejaringan tidak adekuat
Tanda-tandanya :
• Dispnea
• Peningkatan kecepatan pernapasan
• Napas dangkal atau lambat
• Retraksi dada
• Pembesaran jari (clubbing finger)
• Pernapasan melalui mulut
• Penambahan diameter antero-posterior
• Cianosis, flail chest, ortopnea
• Vomitus
• Ekspansi paru tidak simetris

Kemungkinan faktor penyebab :
• Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi, obesitas, nyeri
• Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala, keracunan obat anasthesi
• Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang menyebabkan kolaps paru
• CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
• Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi
• Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang menyebabkan spasme bronchial atau oedema
• Penimbunan CO2 akibat penyakit paru

3.Gangguan pertukaran gas
Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis respiratori dan alkalosis respiratori.

4.Penurunan kardiak output
Tanda-tandanya :
• Kardiak aritmia
• Tekanan darah bervariasi
• Takikhardia atau bradikhardia
• Cianosis atau pucat
• Kelemahan, vatigue
• Distensi vena jugularis
• Output urine berkurang
• Oedema
• Masalah pernapasan (ortopnea, dispnea, napas pendek, rales dan batuk)

B. Latihan napas dalam dan batuk efektif
Biasanya dilakukan pada pasien yang bedrest atau post operasi
Cara kerja :
• Pasien dalam posisi duduk atau baring
• Letakkan tangan di atas dada
• Tarik napas perlahan melalui hidung sampai dada mengembang
• Tahan napas untuk beberapa detik
• Keluarkan napas secara perlahan melalui mulut sampai dada berkontraksi
• Ulangi langkah ke-3 sampai ke-5 sebanyak 2-3 kali
• Tarik napas dalam melalui hidung kemudian tahan untuk beberapa detik lalu keluarkan secara cepat disertai batuk yang bersuara
• Ulangi sesuai kemampuan pasien
• Pada pasien pot op. Perawat meletakkan telapak tangan atau bantal pada daerah bekas operasi dan menekannya secara perlahan ketika pasien batuk, untuk menghindari terbukanya luka insisi dan mengurangi nyeri

C. Posisi yang baik
• Posisi semi fowler atau high fowler memungkinkan pengembangan paru maksimal karena isi abdomen tidak menekan diafragma
• Normalnya ventilasi yang adekuat dapat dipertahankan melalui perubahan posisi, ambulasi dan latihan

D. Pengisapan lendir (suctioning)
Adalah suatu metode untuk melepaskan sekresi yang berlebihan pada jalan napas, suction dapat dilakukan pada oral, nasopharingeal, trakheal, endotrakheal atau trakheostomi tube.

E. Pemberian obat bronkhodilator
Adalah obat untuk melebarkan jalan napas dengan melawan oedema mukosa bronkhus dan spasme otot dan mengurangi obstruksi dan meningkatkan pertukaran udara.
Obat ini dapat diberikan peroral, sub kutan, intra vena, rektal dan nebulisasi atau menghisap atau menyemprotkan obat ke dalam saluran napas.

2. Mobilisasi sekresi paru
A. Hidrasi
Cairan diberikan secara oral dengan cara menganjurkan pasien mengkonsumsi cairan yang banyak 2,5 liter perhari, tetapi dalam batas kemampuan/cadangan jantung.
B. Humidifikasi
Pengisapan uap untuk membantu mengencerkan atau melarutkan lendir.
C. Postural drainage
Adalah posisi khusus yang digunakan agar kekuatan gravitasi dapat membantu di dalam pelepasan sekresi bronkhial dari bronkhiolus yang bersarang di dalam bronkhus dan trakhea, dengan maksud supaya dapat membatukkan atau dihisap sekresinya.
Biasanya dilakukan 2 - 4 kali sebelum makan dan sebelum tidur / istirahat.
Tekniknya :
• Sebelum postural drainage, lakukan :

- Nebulisasi untuk mengalirkan sekret
- Perkusi sekitar 1 - 2 menit
- Vibrasi 4 - 5 kali dalam satu periode
• Lakukan postural drainage, tergantung letak sekret dalam paru.

3. Mempertahankan dan meningkatkan pengembangan paru

A. Latihan napas
Adalah teknik yang digunakan untuk menggantikan defisit pernapasan melalui peningkatan efisiensi pernapasan yang bertujuan penghematan energi melalui pengontrolan pernapasan
Jenis latihan napas :
• Pernapasan diafragma
• Pursed lips breathing
• Pernapasan sisi iga bawah
• Pernapasan iga dan lower back
• Pernapasan segmental

B. Pemasangan ventilasi mekanik
Adalah alat yang berfungsi sebagai pengganti tindakan pengaliran / penghembusan udara ke ruang thoraks dan diafragma. Alat ini dapat mempertahankan ventilasi secara otomatis dalam periode yang lama.
Ada dua tipe yaitu ventilasi tekanan negatif dan ventilasi tekanan positif.

C. Pemasangan chest tube dan chest drainage
Chest tube drainage / intra pleural drainage digunakan setelah prosedur thorakik, satu atau lebih chest kateter dibuat di rongga pleura melalui pembedahan dinding dada dan dihubungkan ke sistem drainage.
Indikasinya pada trauma paru seperti : hemothoraks, pneumothoraks, open pneumothoraks, flail chest.
The three bottle water
Tujuannya :
• Untuk melepaskan larutan, benda padat, udara dari rongga pleura atau rongga thoraks dan rongga mediastinum
• Untuk mengembalikan ekspansi paru dan menata kembali fungsi normal kardiorespirasi pada pasien pasca operasi, trauma dan kondisi medis dengan membuat tekanan negatif dalam rongga pleura.
Tipenya :
a. The single bottle water seal system
b. The two bottle water

4. Mengurangi / mengoreksi hipoksia dan kompensasi tubuh akibat hipoksia
Dengan pemberian O2 dapat melalui :
• Nasal canule
• Bronkhopharingeal kateter
• Simple mask
• Aerosol mask / trakheostomy collars
• ETT (endo trakheal tube)

5. Meningkatkan transportasi gas dan Cardiak Output
Dengan resusitasi jantung paru (RJP), yang mencakup tindakan ABC, yaitu :
A : Air way adalah mempertahankan kebersihan atau membebaskan jalan napas
B : Breathing adalah pemberian napas buatan melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung
C : Circulation adalah memulai kompresi jantung atau memberikan sirkulasi buatan
Jadi secara umum intervensi keperawatan mencakup di dalamnya :
a. Health promotion
• Ventilasi yang memadai
• Hindari rokok
• Pelindung / masker saat bekerja
• Hindari inhaler, tetes hidung, spray (yang dapat menekan nervus 1)
• Pakaian yang nyaman
b. Health restoration and maintenance
• Mempertahankan jalan napas dengan upaya mengencerkan sekret
• Teknik batuk dan postural drainage
• Suctioning
• Menghilangkan rasa takut dengan penjelasan, posisi fowler/semi fowler, significant other
• Mengatur istirahat dan aktifitas dengan memberikan HE yang bermanfaat, fasilitasi lingkungan, tingkatkan rasa nyaman, terapi yang sesuai, ROM
• Mengurangi usaha bernapas dengan ventilasi yang memeadai, pakaian tipis dan hangat, hindari makan berlebih dan banyak mengandung gas, atur posisi
• Mempertahankan nutrisi dan hidrasi juga dengan oral hygiene dan makanan yang mudah dikunyah dan dicerna
• Mempertahankan eliminasi dengan memberikan makanan berserat dan ajarkan latihan
• Mencegah dan mengawasi potensial infeksi dengan menekankan prinsip medikal asepsis
• Terapi O2
• Terapi ventilasi
• Drainage dada

INDIKASI PEMBERIAN O2
Berdasarkan tujuan terapi pemberian O2 yang telah disebutkan, maka adapun indikasi utama pemberian O2 ini adalah sebagai berikut :
(1) Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah,
(2) Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan,
(3) Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
Berdasarkan indikasi utama diatas maka terapi pemberian O2 dindikasikan kepada klien dengan gejala : (1) sianosis, (2) hipovolemi, (3) perdarahan, (4) anemia berat, (5) keracunan CO, (6) asidosis, (7) selama dan sesudah pembedahan, (8) klien dengan keadaan tidak sadar.

KONTRAINDIKASI
Tidak ada kontra indikasi absolut
Kanul nasal: jika ada obstruksi nasal
Kateter nasofaringeal: jika ada fraktur dasar tengkorak kepala, trauma maksilofasial, dan obstruksi nasal


Bab III PEMBAHASAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi dan evaluasi dilakukan sesuai tujuan dan kriteria termasuk di dalamnya evaluasi proses.
Evaluasi Hasil
Penilaian klinis : sistem kardiovaskular
Sistem respirasi
Monitoring O2 (FiO2)
SaO2
Analisis gas darah
P (A-a) O2
PaO2/FiO2

Bab IV KESIMPULAN
Terapi O2 merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk keperawatan terhadap adanya gangguan pemenuhan oksigen pada klien. Pengetahuan perawat yang memadai terhadap proses respirasi dan indikasi serta metode pemberian O2 merupakan bekal bagi perawat agar asuhan yang diberikan tepat guna dengan resiko seminimal mungkin.

Bab V DAFTAR PUSTAKA :
Black, Joyce M. Medical Surgical Nursing ; Clinical Management For Continuity Of Care, W.B Sunders Company, 1999
Brunner & Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia, vol. 8, Jakarta, 2001
Carpenito, LYnda Juall. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999
Doengoes, Merilin E. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi ketiga, Jakarta, EGC, 1999
Engram, Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta, 1999
Long, Barbara C. Perawatan Medikal Bedah, YIAPK, Bandung, 1996
Potter, Patricia A. Perry, Anne G. Fundamental of Nursing ; Concepts, Process and Practice, Mosby Year Book, St. Louis, 1997
Taylor, Calor. Et al. Fundamentals of Nursing ; The Art and Science of Nursing Care, Lipincott, Philadelphia, 1997
……………, Dasar Dasar Keperawatan Kardiotarasik, Edisi ketiga, Rumah Sakit Jantung “Harapan Kita”, Jakarta 1993

TINDAKAN SUCTIONING

Panduan Suction untuk Pasien Dewasa

( Publishing and editing by Kelompok I FON ELKIU 2008)

1. PENDAHULUAN
Suctioning melibatkan aspirasi dari mekanik dari sekresi nasofaring, oropharynx dan batang tenggorok.
Ini merupakan prosedur yang diperlukan untuk mempertahankan jalan udara dan yang dilakukan pada sesuatu untuk membersihkan jalan nafas dengan batuk atau teknik lain pembersihan dada.

Prosedur dapat dilakukan melalui jalan nafas alami, atau melalui udara yang artifisial seperti tracheostomy tube atau melalui pembedahan seperti laryngectomy stoma.

Pedoman yang bertujuan untuk prosedur suction termasuk:
Persiapan Pasien
Waktu suctioning
Pembersihan peralatan
Penilaian hasil
Observasi Pasien

2. Lingkup Panduan
Pedoman mencakup semua staf yang melakukan prosedur suctioning.
Staf yang memiliki tanggung jawab untuk mengajar laypersons teknik isapan harus memberikan pelatihan apapun oleh adhering untuk panduan ini setiap saat.

Tujuan dari panduan ini adalah untuk:
• Menyediakan kerangka kerja bagi standar praktek suctioning
• Memberikan pelayanan kesehatan profesional dengan dukungan, pengetahuan dan bukti dari praktek-praktek yang baik diperlukan untuk memungkinkan mereka untuk melakukan teknik suctioning
Pedoman hanya berlaku untuk suctioning dari pasien di rumah mereka sendiri dan masyarakat lainnya pengaturan.
Alternatif situs komunitas seperti rumah sakit atau fasilitas rehabilitasi harus merujuk ke pedoman untuk Suctioning dalam pengaturan akut

3. Di butuhkan kompetensi
Pedoman ini berlaku untuk semua perawatan kesehatan profesional yang melakukan teknik suctioning.
Profesional Kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa mereka kompeten untuk melaksanakan tugas dan didelegasikan harus bersedia untuk dipertanggungjawabkan untuk praktek mereka.
Mereka harus memberitahu manajer jika mereka merasa bahwa mereka tidak kompeten dan mengidentifikasi mereka yang berkaitan dengan kebutuhan pelatihan ini adalah praktikal.

4. Tanggung jawab dan akuntabilitas
Semua perawatan kesehatan profesional yang melakukan suctioning teknik pada pasien dalam pengaturan masyarakat, harus mengetahui isi panduan ini.
Mereka diingatkan bahwa mereka harus setiap waktu mematuhi:
• Keperawatan dan kebidanan Dewan Kode Perilaku Profesional (2002)
• Masyarakat dari The Chartered fisioterapist Aturan Perilaku Profesional (2002)

5. Pelatihan dari LAYPERSONS / asisten kesehatan
Di mana yang sesuai, prosedur ini dapat diajarkan untuk meletakkan orang / asisten perawatan kesehatan.
Karena itu setiap pelatihan dari laypersons perlu dilakukan oleh profesional perawatan kesehatan yang menganggap dirinya kompeten di bidang praktek ini.

Pelatihan harus mengikuti prinsip praktek ditetapkan dalam pedoman ini dan harus meliputi:
• Prinsip aman isapan
• Observasi pasien sebelum dan setelah prosedur
• Pengamatan dari teknik
• Kinerja dari teknik di bawah pengawasan sampai individu dianggapnya sendiri kompeten

6. Aman untuk pasien
• Semua pasien yang memerlukan isapan buatan melalui udara
• Mereka yang memerlukan isapan melalui bedah stoma
• Mereka yang memerlukan isapan untuk pengelolaan lisan atau berhubungan dgn sekresi cabang tenggorokan melalui rute oropharyngeal (OP) atau nasopharyngeal rute (NP).

NB. Pasien yang memerlukan reguler isapan berikut perubahan dalam kondisi (biasanya dikelola oleh kepercayaan akut) harus habis untuk masyarakat tim dengan rencana sedotan (lihat Lampiran 1)

7. IndikasiSUCTIONING
indikasi utama suctioning untuk merawat pasien adalah pasien tidak mampu menghasilkan udara yang cukup jelas oleh batuk.
Kebutuhan untuk pembersihan jalan nafas telah dibuktikan oleh:
1. Lebih sering batuk.
2. Terdengar sekresi
3. Terlihat sekresi
4. Peningkatan atau penurunan tekanan pasang surut volume pada ventilator
5. Indikasi oleh pasien yang diperlukan suctioning
6. Diduga aspirasi dari berhubung dgn lambung perut atau atas udara sekresi
7. Jika tak diterangkan dalam meningkatkan sesak nafas.
8. Menurun oksigen saturations pemikiran untuk dikaitkan dengan lendir di mana plugging oksigen saturations dipantau.

8. Kontra-indikasi untuk SUCTIONING
Ketika suctioning ditunjukkan, tidak mutlak dan contraindications ada kegagalan sedotan untuk dapat membuktikan untuk lebih merugikan dari potensi buruk reaksi. Namun, rutin atau 'dijadwalkan' suctioning, dengan tidak ada indikasi kebutuhan tidak dianjurkan.

9. Bahaya / komplikasi
Kemungkinan bahaya dan komplikasi adalah sama tanpa memperhatikan lokasi masing-masing.
Pasien harus dipantau terus untuk semua sebagai berikut.
• Oksigen de-saturation seperti yang ditunjukkan oleh denyutan nadi oximetry jika pemantauan tersebut telah ditetapkan.
• Trauma ke mulut, tracheal atau berhubungan dgn cabang tenggorokan mucosa
• Gagal jantung
• Respiratory Arrest
• jantung dysrhythmias
• paru atelectasis (kolapsnya bagian paru-paru karena mengakibatkan udara selama suctioning prosedur.
• Bronchospasm atau bronchoconstriction.
• Infeksi Pernafasan
• Pendarahan atau pendarahan
• Hipertensi atau hypotension.

10. PERSIAPAN PASIEN
• Bilamana mungkin pasien harus didorong untuk membersihkan jalan nafas oleh batuk atau teknik lain pembersihan udara. .
• Pra-oxygenation harus digunakan jika ditunjukkan. Ini harus ditentukan sebagai bagian dari rencana penyerahan isapan untuk perawatan di rumah sakit.

Pra-oxygenation tidak ditunjukkan dalam:
• Pasien didokumentasikan sebagai mengalami oksigen desaturation selama sedotan.
• Pasien yang mengalami cardiac dysrhythmias selama sedotan.
• Pasien terus menerima tambahan oksigen.
• Mereka yang hanya memerlukan OP atau NP suctioning.
• pernafasan yang menyebabkan hypoxia.

NB / manual hyperinflation Kadang-kadang mungkin juga diperlukan sebelum suctioning tetapi di luar lingkup ini sesuai pedoman dan pelatihan akan diminta dari kepercayaan untuk perawatan rumah sakit.

11. Prinsip-prinsip good praktek
• Bilamana layak, suctioning teknik harus diberikan langsung kepada pasien, untuk memungkinkan mereka untuk melakukan teknik pada diri mereka. Hal ini mengurangi risiko terjadinya transmisi organisme dan pengenalan yg berhubung dgn kulit infeksi dari pemberi perawatan.

• Adalah praktek umum dan diterima menggunakan bersih daripada teknik steril selama suctioning di lingkungan rumah sakit.

• pakai aprons dan perlindungan mata harus dipakai bila staf adalah melaksanakan suctioning prosedur untuk memperkecil potensi aerosol kontaminasi dari pakaian dan masuk ke dalam mata.
Sebagai minimum baik secara individu kemasan steril sarung tangan harus dikenakan atau jika tidak steril sarung tangan - getah, serbuk harus dikenakan dan 'tidak sentuh' teknik harus bekerja memastikan bahwa catheter tidak memiliki kontak langsung dengan sarung tangan.

• Pasien yang memerlukan pra-oxygenation juga harus menerima oksigen setelah suctioning telah selesai.

12. Penggunaan peralatan
Diharapkan dalam banyak situasi di mana perawatan kesehatan profesional yang melaksanakan suctioning teknik pada pasien dalam pengaturan masyarakat, isapan peralatan yang akan diberikan oleh 'peralatan utama layanan.
Dalam keadaan ini layanan kesehatan profesional / tim yang mengatur penyediaan peralatan tersebut bertanggung jawab untuk:
• Memeriksa bahwa peralatan adalah pelayanan dan dipelihara secara berkala
• Memeriksa bahwa isapan mesin diatur ke tingkat yang sesuai
<120mmHg pada orang dewasa (bertujuan untuk 80-120mmHg).

NB. Untuk lebih gigih sekresi tekanan yang lebih tinggi mungkin diperlukan, juga mempertimbangkan ukuran tabung yang digunakan. Namun, TIDAK melebihi 200mmHg.

Isapan catheter ukuran yang harus dicatat dalam rencana sedotan. Jika yang artifisial adalah udara di tempat tersebut tidak boleh melebihi ½ internal diameter dalam tabung.
Internal diameter x 3 untuk memperoleh ukuran dari catheter di Fg
2
Idealnya yang harus catheter <½ diameter dari batang tenggorok sehingga mengurangi risiko selama prosedur hypoxia.

13. PROSEDUR

• Selalu menjelaskan prosedur untuk pasien untuk mengamankan, meningkatkan kerjasama dan bantuan untuk beristirahat.

• Hands haruslah dikontaminasi menggunakan alkohol tangan menggilap / gel, jika tidak secara fisik bersih mereka harus dicuci dengan sabun dan air menggunakan teknik yang diakui dan kering dengan kertas lebih teliti handuk.

• Perlindungan pakaian termasuk sarung tangan (rinci di atas), aprons dan perlindungan mata harus dikenakan (masker N95 yang mungkin diperlukan jika pasien memiliki infeksi menular - ini tidak termasuk MRSA). Bila staf suctioning idealnya harus berdiri untuk satu sisi untuk meminimalkan potensi kontaminasi selama batuk.

• Buka akhir isapan catheter paket dan melampirkan ke sistem pipa-pipa isapan. Kawasan yang catheter yang akan datang tidak harus dimasukkan ke dalam kontak dengan sarung tangan atau untuk memastikan lingkungan yang tidak menyentuh teknik.

• Hapus catheter perlindungan dari lengan dan memperkenalkan melalui rute yang dipilih (lihat isapan rencana). Masukkan sampai batuk adalah mendorong atau jarak yang akan diukur hanya di atas carina (ini adalah titik di mana batang tenggorok bifurcates ke kanan dan kiri utama cabang tenggorokan). Hal ini dianggap tidak baik untuk memasukkan catheter tahan hingga dirasakan, karena hal ini akan meningkatkan kerusakan mucosal.

• Pastikan catheter dimasukkan tanpa isapan diterapkan. Kehalusan selama prosedur ini penting untuk mengurangi risiko kerusakan mucosal yang dapat mengakibatkan trauma dan meningkatkan risiko infeksi.

• Memasukan catheter yang hati-hati dengan isapan diterapkan (jempol atas kekosongan port). Tidak perlu menggunakan gerakan berputar sambil menerapkan isapan sebagai catheters memiliki lubang keliling.

• Jangan isapan berlaku untuk lebih dari 10 detik sekaligus.

• suction catheter yang harus dimasukkan dan ditarik setelah hanya untuk memperkecil potensi kontaminasi silang. Isapan catheters dimaksudkan sebagai satu menggunakan perangkat dan karena itu tidak boleh kembali atau diproses kembali digunakan.

• catheter yang harus melibat di sarung tangan dan dibuang

• sistem pipa-pipa yang seharusnya sedotan dicuci melalui suctioning baru-baru ini direbus dengan air steril atau air, (untuk membasuh diri lendir), bersih dari sebuah wadah yang kiri bersih dan kering di antara digunakan. Kontainer harus ditujukan untuk tujuan ini. Kemudian aspirate udara dan kering untuk membersihkan permukaan internal dari sistem pipa-pipa.

• Perlindungan pakaian harus dihilangkan dan tangan dikontaminasi baik dengan sabun dan air bersih secara fisik atau jika alkohol gel.

14.Suction YANKAUER
• Selalu menjelaskan prosedur untuk pasien untuk mengamankan, meningkatkan kerjasama dan bantuan untuk beristirahat.
• Hands haruslah dikontaminasi menggunakan alkohol tangan menggilap / gel, jika tidak secara fisik bersih mereka harus dicuci dengan sabun dan air menggunakan teknik yang diakui dan kering dengan kertas lebih teliti handuk.
• Perlindungan pakaian termasuk sarung tangan (rinci di atas), aprons dan perlindungan mata harus dikenakan.
• Lampirkan yang yankauer catheter (kaku plastik sudut catheter) ke sistem pipa-pipa sedotan dan tempat dalam rongga mulut.
• Terapkan isapan untuk menghapus lisan sekresi.
• Perlindungan pakaian harus dihilangkan dan tangan dikontaminasi baik dengan sabun dan air bersih secara fisik atau jika alkohol gel.

15. Penilaian hasil

Hasil pengamatan dan harus dicatat dalam rencana perawatan untuk menginformasikan. Suctioning prosedur yang dapat dianggap berhasil dan perlu untuk suctioning affirmed oleh:
• Menghilangkan sekresi
• Perbaikan nafas suara
• Membersihkan batuk
• Meningkatkan oksigen saturations tercermin dalam detak nadi oximetry
• peningkatan subyektif seperti yang dilaporkan oleh pasien
• Penurunan tingkat pernafasan dan detak jantung
• Penurunan sesak nafas.
• Penurunan tekanan puncak inspiratory pasang surut dan peningkatan volume pada mekanik ventilasi.

Pasien harus dipantau untuk reaksi buruk ini mungkin termasuk perubahan dalam:

Artikel atau suara
o Kulit warna - termasuk keberadaan atau tidak adanya cyanosis
o menilai pernafasan
o menilai Heart

dahak atau karakteristik (warna, volume, konsistensi dan bau)
o tekanan darah
o ventilator variabel (jika perlu)
o Oksigen saturations oximetry medis ketika ditunjukkan oleh berdebar-debar.
Jika pra-oxygenation digunakan kemudian posting oxygenation harus terjadi.

16. Keterbatasan prosedur
Suctioning hanya memiliki kemampuan untuk menghapus sekresi yang telah dikumpulkan di vicky (pencabangan dua dari batang tenggorok) atau di atas.
Sekresi yang disimpan dalam jalan nafas tidak akan dihapus dengan prosedur ini.

17. PERALATAN

• Suction mesin.
Suction mesin diberikan kepada pasien harus memiliki fasilitas untuk mengendalikan tekanan sedotan (80-120 mmHg).
Kebanyakan isapan mesin yang disediakan telah hadir di non-pakai sedotan waduk (jar kaca).

• suction tube.
Hal ini harus disertakan dalam jumlah yang cukup untuk membolehkan sistem pipa-pipa yang akan berubah setidaknya setiap 7 hari sebagaimana petunjuk

• Suction catheters
Dianjurkan catheters yang digunakan harus dikontrol kekosongan (orang-orang dengan ibu jari kontrol). ukuran Catheter tidak boleh melebihi setengah internal diameter dari udara / buatan udara

• Yankaeur catheters
Dianjurkan Yankaeur catheters kekosongan harus dikontrol. Jika tidak dikontrol kekosongan catheters diberikan, harus diperhatikan untuk hanya berlaku pada isapan penarikan dari catheter.

• Sarung tangan
Dianjurkan lateks, tidak steril, sarung tangan bebas serbuk digunakan.

• mata
Perisai mata harus disediakan untuk digunakan oleh profesional kesehatan. Ini memberikan perlindungan dari splashes dan aerosol.

• Aprons
Pakai plastik aprons harus dikenakan setiap saat ketika melakukan isapan prosedur dan prosedur dekontaminasi.

• masker
Pelindung yang tidak diperlukan secara rutin. Dalam kasus yang merawat pasien dengan penyakit menular, spesialis masker akan diberikan. Nasehat ini juga dapat dicari didapat dari Perawat Spesialis Pengendalian Infeksi.

18. Infeksion control

PRAKTEK-PRAKTEK DIKONTAMINASI

Untuk reservoir, dan sistem pipa-pipa catheters (Damani 2003)

• isapan reservoir atau kontainer akan pakai bisa atau tidak pakai. Bila endapan non-pakai (isapan jar)servoir tindakan kewaspadaan berikut harus diambil:

• pakai plastik APRON pakai dan tidak steril sarung tangan harus dikenakan untuk endapan yang menggetarkan. Perlindungan mata harus dikenakan jika pukulan ke wajah adalah kemungkinan. Jika pasien menyebarkan infeksi pernafasan yang tinggi penyaringan N95 masker harus dikenakan (ini tidak termasuk MRSA).

• jar yang harus diputus dari sistem vakum, dijalankan dengan seksama ke toilet dan dituangkan hati-hati untuk meminimalkan penyebaran ke lingkungan sekitar. Sekresi harus dibersihkan dengan jumlah air berlebihan.

• jar yang harus dicuci dan kemudian dicuci dengan General Purpose Deterjen (GPD) dan solusi air panas. Ia harus dicuci lagi di air tawar dan kering dengan handuk sekali pakai kertas.

• Sebuah solusi yang lemah sodium bikarbonat dapat digunakan untuk membantu menghapus mucuos bahan.

• Sebagai alternatif isapan jar dapat dicuci dalam mesin cuci disinfector di steril layanan departemen jika fasilitas ini tersedia.

• Botol harus dikosongkan ketika 2 / 3 penuh. Dalam masyarakat pengaturan, pasien harus didorong untuk membersihkan botol dalam hitungan hari terlepas dari jumlah aspirate.

• penggunaan yang rutin pembasmian tidak perlu untuk membersihkan sedotan kaleng. Organik dalam hal isi akan mudah menonaktipkan pembasmian, sehingga penambahan pembasmian hanya akan memperpanjang proses dan tidak akan ada keuntungan.
Satu-satunya pengecualian untuk saat ini adalah pasien / klien telah TBC paru-paru atau penyakit menular lainnya. Dalam kasus tersebut sebaiknya untuk mengirim peralatan untuk CSSD untuk desinfektan sebelum menggunakan kembali.

Penanganan suatu ketika (liner) reservoir, tindakan kewaspadaan berikut harus diambil: --

• A pakai plastik APRON pakai dan sarung tangan tidak steril harus dikenakan.
• suction reservoir yang harus diputus dari kekosongan sistem tertutup dengan benar dan sesuai dengan petunjuk pabriknya.
• sewa yang harus bersegel aman dan dibuang sebagai limbah klinis.

Suction tube (Lawrence et al 2003

• Suction tube harus diganti setiap 7 hari kecuali banyak jumlah pengeluaran yang sudah ada atau dalam kasus-kasus dimana sistem pipa-pipa yang menjadi kotor, perubahan harian dalam kasus ini.

CATHETERS (Wilson 2002)

• Yankaeur suction catheters dapat digunakan kembali pada pasien yang sama / klien mereka yang diberikan melalui bersemangat setelah digunakan, dengan teliti dibersihkan menggunakan air panas dan deterjen tujuan umum , dicuci dan dikeringkan menggunakan handuk kertas sekali pakai , bagian dalam catheter dapat kering aspirating oleh udara.
Mereka harus disimpan bersih dan kering dan dilindungi dari pencemaran lingkungan. Frekuensi perubahan harus berdasarkan penilaian risiko atas tergantung pada penggunaan dan sifat sekresi.
Dalam masyarakat ini harus di mingguan sebagai minimum tetapi lebih sering jika diperlukan.

19. PENYELENGGARAAN
• filter yang harus diubah sesuai dengan rekomendasi produsen, frekuensi dapat bervariasi dari bulanan untuk setiap tahun tergantung pada masing-masing unit sedotan.
Filter juga harus berubah jika mereka menjadi basah atau warna atau jika isapan telah dilakukan pada pasien / klien yang dikenal dengan darah ditanggung infeksi virus atau tebece paru-paru sebelum suctioning pasien/klien lain. Rutin biasanya akan mengubah filter dilakukan pada saat pelayanan.
Namun, petugas kesehatan akan memiliki akses ke cadangan filter dalam kasus pencemaran.

• isapan mesin harus selalu disevice sesuai dengan petunjuk pabriknya.
Tanggung jawab untuk pemeliharaan terletak dengan organisasi yang telah menyediakan peralatan.

• Dalam kasus di mana isapan mesin telah disediakan oleh organisasi lain, kesehatan profesional yang diperlukan untuk mensuplai habis, yaitu sistem pipa-pipa isapan catheters dan sejalan dengan panduan ini.

20. PENYIMPANAN
Bila isapan unit tidak digunakan, botol harus dijaga bersih dan kering dan catheter tidak boleh sampai connected diperlukan.
Pasien / wali harus didorong untuk menutupi mesin dengan penutup debu bukti jika tidak digunakan, misalnya teh handuk bersih.

Perlu diingat, petunjuk lebih lanjut tentang Infeksi Kontrol termasuk masalah;
• Penggunaan perlindungan CLOTHING
• kebersihan tangan
• Manajemen Limbah
• Dekontaminasi